Menguak Dapur Penerbit Mayor
RESUME PELATIHAN KE 22
PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI
Gelombang :
22
Pertemuan Ke :
22
Hari/Tanggal :
Senin/ 22 November 2021
Tema :
Menguak Dapur Penerbit Mayor
Narasumber :
Edi S. Mulyanta
Moderator :
Helwiyah
Penulis :
Istianah
Ada yang menarik dalam pelatihan belajar menulis malam ini. Saya mencantumkan angka 22 pada resume ini tiga kali. Saya ada di grup gelombang 22, pertemuan ke 22, dan semakin klop tanggalnya juga 22. Saya intip tanggal lahir narasumber, jangan-jangan bertepatan tanggal 22 juga. E… ternyata bukan, beliau lahir tanggal 24 Mei 1969, selisih 2 angka.
Pelatihan belajar menulis malam ini mengusung tema “Menguak Dapur Penerbit Mayor” bersama moderator Ibu Helwiyah yang akan mengawal narasumber kita, Bapak Edi S. Mulyanta, seorang publishing consultan pada penerbit ANDI Yogyakarta. Beliau telah menekuni bidang ini selama 20 tahun. Woh… pengalaman yang luar biasa dan tentunya banyak ilmu yang akan disharing pada pelatihan ini. Yuuk… belajar Bersama Bapak Edi S. Mulyanta.
Pandemi covid 19 menerpa negara kita sejak maret 2019. Terpaan covid yang yang tanpa permisi dan tanpa pandang bulu ini berimbas ke berbagai sektor. Selama dua tahun era pandemi ini cukup memporakporandakan segala lini kehidupan. Segala gerak kita dibatasi. Tidak terkecuali kondisi ini juga cukup berat bagi dunia penerbitan, baik penerbit skala kecil maupun penerbit mayor.
Usaha Penerbit untuk bertahan dan mencoba tetap eksis dengan berbagai
cara, di antaranya;
1. Dunia penerbitan
bergegas untuk mengubah haluan visi misi mereka
ke arah yang lebih up to date.
2. Mengubah
proses pemasaran ke sistem online, maupun digitalisasi materi dalam bentuk
media lain selain tulisan.
3. Menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat
dibandingkan perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum.
4. Melakukan pengereman
produksi yang luar biasa ketat. Strategi yang dilakukan penerbit adalah dengan
menyimpan tenaga, energi penulis yang tidak lekang oleh pandemi, dengan tetap
melakukan seleksi-seleksi materi buku yang menarik.
5. Menabung naskah, adalah strategi dalam menghadapi pandemi, walaupun
ada hal yang harus dikorbankan yaitu proses cetak fisik buku yang terkendala.
Hal ini kami siasati dengan menerbitkan E-Book untuk mempercepat proses
penerbitan sebuah
6. Penerbit memerlukan kesegaran konten yang dapat dikembangkan menjadi komoditas yang menguntungkan.
skala penerbitan, yang sering digunakan untuk menyebutkan penerbit mayor dan penerbit minor (indie). Pada dasarnya konsep penerbitannya sama, yaitu mempublikasikan hasil tulisan dari penulis yang menjadi mitranya.
Konsep dasar penerbitan adalah sebagai berikut:
Tugas dari penerbitan adalah memberikan layanan industri, dalam menerbitkan atau mempublikasikan hasil tulisan karya tulis dari penulis. Penerbit hanyalah Intermediary atau perantara dalam proses publikasi sebuah tulisan. Tugas penerbit adalah menghasilkan keuntungan dalam setiap terbitannya.Yang membedakan jenis penerbit adalah jumlah atau skala produksi setiap penerbit yang tergabung dalam anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) tersebut.
Skala produksi ini tercermin dalam ISBN setiap buku yang diterbitkan oleh penerbit tersebut. Melalui ISBN ini dapat diketahui penggolongan skala produksi buku yang dihasilkan setiap tahunnya. ISBN dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional, yang diberikan hak oleh negara untuk memberikan nomor-nomor yang dikuasainya tersebut untuk dibagikan kepada penerbit di Indonesia. Struktur penomoran ISBN.
struktur angka dalam Publication Element.
Angka di publication element tersebut adalah jumlah produksi buku yang dapat dilakukan oleh penerbit tersebut. Melalui angka ini terlihat berapa kekuatan produksi buku yang diterbitkan oleh sebuah penerbit.
Secara materi terbitan, sebenarnya tidak ada bedanya antara penerbit mayor dan minor. Hanya terkadang penerbit tertentu memilih spesialisasi pada Genre tertentu untuk lebih fokus dalam produksi maupun pemasarannnya. Secara otomatis. karena jumlah produksi cukup besar, akhirnya penerbit mayor mempunyai saluran pemasaran yang cukup beragam yang sering disebut Omni channel Marketing selain tentunya outlet di Toko Buku.
Meski pandemi, dengan adanya kemajuan teknologi, media-media baru sebagai sarana promosi buku pun banyak berkembang seperti channel Webinar, Podcast, IG Live, WA Group. Tetapi media-media promosi ini tidak belaku bagir penerbit-penerbit dengan skala kecil, yang hanya menggantungkan outletnya di toko buku.
Iklim penerbitan secara umum tidak surut selama pandemi ini, karena Buku Cetak masih menjadi pilihan pembaca dalam memperluas cakrawala pikirnya. Di samping itu, Elektronik Book juga baru dalam taham embrio berkembang.
Ke depannya, buku fisik masih akan
tetap bertahan. Hanya proses pemasarannya yang berubah mengikuti jaman. E-book
akan tetap menarik karena konsep praktis, ramah lingkungan, dan menjanjikan
keterbukaan dalam menerima media-media lain sebagai media pengayaannya.
Google dengan sigap juga telah mencoba peruntungannya di era digital ini, yaitu dengan Google Books nya menjadikan konsep digitalisasi e-book sudah mencapai ke industrialisasi digital masa depan.
Tantangan penerbit baik mayor maupun
minor, adalah kecepatan dalam menguasai teknologi ini ke depan. Dengan konsep
multimedia, pengawinan antara media-media baru, menjadikan buku akan semakin
mengecil secara fisik. Apalagi ada konsep baru dalam dunia digital yaitu konsep
Metaverse yang diusung Face Book, dunia digital akan semakin kaya.
Persaingan penerbit akan semakin
keras, tidak memandang penerbit mayor maupun minor. Hal ini karena ke depan
proses penerbitan bisa dilakukan sendiri oleh penulis. Lihat saja bang Tere
Liye yang dapat memproduksi sendiri tulisannya melalui Google Books.
Memang Genre tertentu penulis dapat bermain sendiri memproduksi bukunya. Pintar-pintar penulis dalam mengelola tulisannya. Ada yang dapat dikerjakan sendiri, ada dapat berkolaborasi penerbit baik minor maupun mayor.Semua akan jalan di jalannya masing-masing dan tidak akan saling berebut akan tetapi tetap menghasilkan keuntungan Akhirnya, semua unsur Dunia penerbitan akan menjadi lebih berwarna dan saling menguntungkan dari penulis, penerbit, hingga pembaca buku dengan terbentuknya dunia digital yang cukup menjanjikan ke depannya.
Penerbit minor, juga tidak kalah kreatifnya dalam menjaring penulis. Dengan banyaknya syarat-syarat kenaikan pangkat guru, dosen, hingga guru besar, menjadikan penerbit-penerbit saling bersaing mengisi peluang tersebut.
Ke depan persaingan penerbit tidak
hanya antarpenerbit akan tetapi dengan digitalisasi yang menjadikan persamaan
derajat antara penulis, penerbit, penyalur, dan pembaca buku.
Penerbit mayor saat ini tidak kekurangan naskah untuk diterbitkan, hanya kekurangan likuidasi dalam memproses naskahnya menjadi sebuah tulisan atau media lain ke pembaca.
Tips bagi penulis agar karyanya
diterima penerbit;
1.
Pelajari
karakteristik penerbitnya, dengan melihat hasil-hasil terbitannya. Setiap
penerbit mempunyai kekhasan sendiri-sendiri. Penulis adalah makhluk bebas, yang
dapat menawarkan ke semua penerbit. Tinggal kepintaran bapak ibu sekalian dalam
mengatur strategi, kemampuan, dan memilah serta memilih penerbitan.
2.
Sebagai
penulis, harus memberikan pengayaan-pengayaan tidak hanya kemampuan tulis
belaka. Akan tetapi pengembangan di sisi penulis harus diberdayakan. Seperti
penulis mempunyai Blog, Channel Youtube, Twitter, Podcast, bahkan Tiktok yang
dapat dijadikan sarana promosi tulisan bukunya. Hal ini akan memberikan
rangsangan penerbit untuk tidak mampu menolak tulisan penulis karena
followernya banyak, menjadi selebriti di Youtube, atau Selebriti Tiktok. kemampuan
penulis dalam membantu mempromosikan tulisan lah yang menjadi primadona
penulis-penulis baru.
3.
Jangan
segan-segan menawarkan tulisan Anda ke berbagai skala penerbit.
4.
Mencoba
menulis di aplikasi Wattpad, follower pembaca Anda di situ biasanya dipantau
oleh penerbit-penerbit mayor.
5. Mengukur diri, dan menyesuaikan dengan kemampuan diri, menguliknya akan menjadi daya tawar yang baik bagi tulisan Anda saat ditawarkan ke penerbit.
6. pertimbangkan kerucut pengalaman berikut sebagai bahan atau materi tulisan.
7.
Yang
paling penting , jaga kejujuran, jaga idealisme, dan selalu belajar dari
berbagai genre tulisan orang lain.
Tips tersebut saya rangkum dari ulasan narasumber, semoga bermanfaat dan menginspirasi.
Salam literasi.
Mari perkaya leterasi negeri!
Wah.....cepat dan lengkap👍
BalasHapusTrima kasih Bu Elwi 🙏
HapusMantab sekali...sukses dan sehat selalu
BalasHapusTrima kasih atas kunjungan & supportnya🙏
Hapuslengkap dan selalu tercepat
BalasHapusTrima kasih Bu Suya🙏
HapusTerima kasih sudah mengerjakan tugasnya dengan baik
BalasHapusTrima kasih Om Jay atas kunjungan & supportnya🙏
Hapus