Mengenal Penerbit Indie (RESUME PELATIHAN KE 17)

 

RESUME PELATIHAN KE 17

PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI

 

Gelombang                             : 22

Pertemuan Ke                         : 17

Hari/Tanggal                           : Rabu/ 10 November 2021

Tema                                       : Mengenal Penerbit Indie

Narasumber                             : Mukminin, S.Pd., M.Pd.

Moderator                               : Aam Nurhasanah

Penulis                                     : Istianah


Hari ini Rabu, 10 November 2021, tepat saat kita memperingati Hari Pahlawan, kita memasuki pertemuan ke-17. Bagi yang aktif menyusun resume,  tinggal menunggu  3 pertemuan lagi sudah bisa menyusun naskah resumenya untuk dijadikan buku. Semoga mewarisi semangat juang kepahlawanan yang telah gugur mendahului kita, sehingga kita mampu mewujudkan cita-cita dan impian kita, untuk memajukan literasi digital di negeri kita tercinta.


Tema Pelatihan Belajar Menulis malam adalah “Mengenal Penerbit Indie” narasumber kita kali ini adalah owner penerbit KAMILA PRESS LAMONGAN, Bapak Mukminin, S.Pd., M.Pd., dalam pelatihan menulis malam ini beliau didampingi oleh moderator cantik nan energik, ibu Aam Nurhasanah. Narasumber kita ternyata juga “alumnus” group pelatihan menulis ini. Buku-buku karya beliau menkjubkan loh… Berikut karya tulisan narasumber kita. Boleh dipinang.


 






Tahapan Cara Menulis dan Menerbitkan Buku yang Tepat.

Seorang yang ingin  bisa menulis dan menerbitkan buku, maka perlu memahami tahapan menerbitkan buku.

5 Tahapan Menulis dan menerbitkan Buku:

1.    Prawriting

a.    Tahap awal mencari ide

b.    Kreatif  menangkap fenomena yg terjadi di sekitar untuk bahan tulisan.

c.    Banyak membaca buku.

 

2.    Drafting

Mulai  menulis naskah buku sesuai dengan apa yang disukai (pasion). Silakan menulis apa saja sesuai dengan jenis tulisan yang dikuasai. Bisa  artikel, cerpen, puisi, novel dan sebagainya dengan penuh kreatif merangkai kata, menggunakan majas, dan berekpresi untuk menarik pembaca.

3.    Revisi

Langkah berikutnya yang kita lakukan ialah merevisi naskah. Merevisi tulisan mana yang perlu diperbaiki, naskah mana yang perlu dibuang, dan naskah mana yang perlu ditambahkan.

4.    Editting/ Swasunting

Agar layak terbit dan mampu merebut hati pembaca, setelah naskah kita revisi maka masuk tahapan editting. Penulis melakukan pengeditan. Tahap ini boleh dikatakan sebagai "Swasunting" yaitu menyunting tulisan sendiri sebelum masuk penerbit. Maka penulis dituntut untuk memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EBBI.

5.    Publikasi 

Jika tulisan atau buku kita sudah layak terbit, langkah terakhir adalah publikasi, penerbitan buku.


Pertanyaan dari narasumber “apakah Anda sudah mempunyai pandangan penerbit yang akan menerbitkan buku Anda?”

Narasumber, yang lahir di Kota Lamongan ini, memperkenalkan penerbit Independen (penerbit Indie) yang ada di dalam grup ini, yaitu:

ada 3 peberbit indie:

1.    Oase

2.    Gemala

3.    YPTD dan

4.    Kamila Press Lamongan.

Sebelum menerbitkan buku narasumber, yang Konsultan Umroh dan Haji Plus PT. ARMINAREKA PERDANA CABANG LAMONGAN ini, mengajak kita melek dulu tentang penerbit.

Ayo Melek Penerbit Buku

 (Penerbit Mayor dan Penerbit Indie)

Penerbit  buku ada macam. Pertama penerbit Mayor dan kedua penerbit Indhie. Apa perbedaanya? Mari kita ikuti uraian berikut ini  :

Perbedaan Penerbit Mayor dan Penerbit Indie:

1.  Jumlah Cetakan di penerbit mayor.

# Penerbit mayor;

Mencetak bukunya secara masal. Biasanya cetakan pertama sekitar 3000 eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk dijual di toko-toko buku.

#Penerbit indie;

Hanya mencetak buku apabila ada yang memesan atau cetak berkala yang dikenal dengan POD ( Print on Demand) yang umumnya didistribusikan melalui media online Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, WA grup dan lain-lain.

2.  Pemilihan Naskah yang Diterbitkan

# Penerbit mayor;

Naskah harus melewati beberapa tahap prosedur sebelum menerbitkan sebuah naskah. Tentu saja, menyambung dari poin yang pertama, penerbit mayor mencetak bukunya secara masal 1000 - 3000 eksemplar. Mereka ekstra hati-hati dalam memilih naskah yang akan mereka terbitkan dan tidak akan berani mengambil resiko untuk menerbitkan setiap naskah yang mereka terima. Penerbit mayor memiliki syarat yang semakin ketat, harus mengikuti selera pasar, dan tingginya tingkat penolakan.

# Penerbit indie :

Tidak menolak naskah. Selama naskah tersebut sebuah karya yang layak diterbitkan; tidak melanggar undang-undang hak cipta karya sendiri, tidak plagiat, serta tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah tersebut pasti kami terbitkan. Kami adalah alternatif baru bagi para penulis untuk membukukan tulisannya.

3.  Profesionalitas

# Penerbit mayor;

Penerbit mayor tentu saja profesional dengan banyaknya dukungan SDM di perusahaan besar mereka.

# Penerbit indie;

Penerbit indiepun profesional, tapi sering disalah artikan. Banyak sekali anggapan menerbitkan buku di penerbit indie asal-asalan, asal cetak-jadi-jual. Sebagai penulis, harus jeli memilih siapa yang akan jadi penerbit Bapak Ibu dan Saudara-saudara. Jangan tergoda dengan paket penerbitan murah, tapi kualitas masih belum jelas. Mutu dan manajemen pemasaran buku bisa menjadi ukuran penilaian awal sebuah penerbitan. Kadang murah Cover kurang bagus, kertas dalam coklat kasar bukan bookpaper ( kertas coklat halus). Kami jaga mutu Cover bagus cerah mengkilat isi buku kertas cokal halus awet ( bookpapar).

4.  Waktu Penerbitan

# Penerbit mayor;

Pada umumnya sebuah naskah diterima atau tidaknya akan dikonfirmasi dalam tempo 1-3 bulan. Jika naskah diterima, ada giliran atau waktu terbit yang bisa cepat, tapi ada juga yang sampai bertahun-tahun. Karena penerbit mayor adalah sebuah penerbit besar, banyak sekali alur kerja yang harus mereka lalui. Bersyukur kalau buku bisa cepat didistribusikan di semua toko buku. Namun, jika dalam waktu yang ditentukan penjualan buku tidak sesuai target, maka buku akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali oleh penerbit.

# Penerbit indie :

 Tentu berbeda kami akan segera memproses naskah yang kami terima dengan cepat. Dalam hitungan minggu bukumu sudah bisa terbit. Karena memang, kami tidak fokus pada selera pasar yang banyak menuntut ini dan itu. Kami menerbitkan karya yang penulisnya yakin karya tersebut adalah karya terbaiknya dan layak diterbitkan sehingga kami tidak memiliki pertimbangan rumit dalam menerbitkan buku.

5.  Royalti

# Penerbit mayor;

kebanyakan penerbit mayor mematok royalti penulis maksimal 10% dari total penjualan. Biasanya dikirim kepada penulis setelah mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan buku.

# Penerbit indie;

Umumnya 15-20%  dari harga buku. Dipasarkan dan dijual penulis lewat fb, Instagram, wa grup, Twitter, status, dan lain-lain.

6. Biaya penerbitan

# Penerbit mayor;

Biaya penerbitan gratis. Itulah sebabnya mereka tidak bisa langsung menerbitkan buku begitu saja sekalipun buku tersebut dinilai bagus oleh mereka. Seperti yang sudah disebut di atas, penerbit mayor memiliki pertimbangan dan tuntutan yang banyak untuk menerbitkan sebuah buku karena jika buku tersebut tidak laku terjual, kerugian hanya ada di pihak penerbit.

# Penerbit indie;

Berbayar sesuai dengan aturan masing-masing penerbit. Antara penerbit satu dengan yang  lain berbeda. Karena pelayanan dan mutu buku yang diterbitkan tidak sama.

Nah, sudah kenalkan karakteristik dan perbedaan penerbit mayor dan penerbit indie? Jadi jangan memandang sebelah mata tehadap penerbit indie. Selanjutnya terserah Anda. Mau pilih yang mana? Yuk… segere tulis buku an terbitkan buku. Pilih penerbit yang cocok untuk Anda.


Tulisan ini saya akhiri dengan quetes indah narasumber :

"Tulisan yang melibatkan hati maka akan menemukan  hati pembacanya"

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BIMBANG

YUK… TAAT PAJAK!

TAKUT SALAH