MENULIS ITU MUDAH (RESUME PELATIHAN KE 10)
RESUME PELATIHAN 10
PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI
GELOMBANG : 22
PERTEMUAN KE
: 10
HARI/TANGGAL : SENIN/ 25 OKTOBER 2021
TEMA :
MENULIS ITU MUDAH
NARASUMBER : Dr.
NGAIMUM NAIM
MODERATOR : AAM NURHASANAH
PENULIS : ISTIANAH
Tema Pelatihan Belajar Menulis malam ini MENULIS ITU MUDAH. Apa betul menulis itu mudah? Jawabnya, ya mudah. Mudah bagi yang sudah bisa, sudah terlatih, dan terbiasa menulis. Punya keinginan menulis dengan mudah, semudah bikin ceplok telor sebagaimana yang pernah disampaikan narasumber Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, S.H.? Apa kuncinya supaya menulis itu mudah ? Nah, berikut ini kuncinya:
1.
Kunci
pertama: rubah maindset.
Tanpa kita sadari
bahwa pola pikir sebenarnya dapat kita atur. Jadi kita atur pola pikir kita ke
ranah positif. Dengan pola pikir positif akan menarik hal-hal yang positif
pula. Diri kita merupakan cerminan dari apa yang kita pikirkan. Kalau kita
berpikir baik, insya Allah hasilnya juga baik. Jika kita berfikir bisa, insya
Allah bisa. Adapun kaitannya dengan menulis, mari kita tanamkan dalam pikiran kita, kita setting bahwa menulis itu mudah
bukan sulit. Dengan demikian kita akan mendapati menulis itu mudah tidak sulit.
Bagaimana jika
kenyataannya tetap sulit? Paling tidak, dengan mindset bahwa menulis itu mudah
membantu kita tetap optimis untuk mewujudkan bahwa menulis itu tidak sulit.
2.
Kunci
kedua : ciptakan pikiran jika menulis itu keterampilan SEKOLAH DASAR.
Menulis sesungguhnya tidak selalu butuh
pendidikan yang tinggi. Tidak memerlukan gelar tertentu, dan tidak harus
menempuh jenjang pendidikan tertentu. Pendidikan tinggi bukan jaminan seseorang
mahir menulis. Menulis harus dimulai dari keyakinan. Tanpa keyakinan, orang
tidak akan bisa menulis.
Jika seseorang ingin bisa menulis, hal
yang diperlukan bukan suatu bakat istimewa, tetapi minat yang besar dan kemauan
berlatih. Perpaduan dua hal ini yang bisa membuat seseorang menjadi penulis.
Nah, dari sini jelas bahwa MINAT dan KEMAUAN BERLATIH yang menjadi kunci sukses
dalam menulis.
3.
Kunci
ketiga : adalah BANYAK MEMBACA
Membaca merupakan SYARAT WAJIB untuk bisa
menulis yang baik. Bukankah wahyu yang kali petama turun kepada Rasulullah SAW
adalah perintah untuk membaca? Iqra’, bacalah! Mari budayakan membaca. Membaca
apa saja. Membaca yang tersurat maupun
yang tersirat pada semesta alam. Membaca adalah jendela dunia. Banyak membaca
membuka cakrawala pikian kita jadi terbuka dan wawasan kita kian bertambah.
Kecil kemungkinan seseorang bisa menulis yang baik
jika tidak memiliki budaya membaca. Dari membaca yang sudah membudaya inilah
yang membuat ide menulis itu mudah ditemukan dan kemudian dikembangkan.
4.
Kunci
keempat: Meluangkan waktu, bukan menunggu waktu luang.
Kapan menulis ? Jawaban
yang sering mencuat ialah, tunggu waktu luang.
Kita semua sibuk, punya kegiatan rutinitas. Waktu 24 jam masih
terasa kurang bagi kita untuk menjalankan rutinitas harian. Terus kapan waktu
untuk menulis?
Jangan menunggu waktu luang baru menulis.
Mari teguhkan
niat untuk menulis! Ayo mulai setting waktu! luangkan waktu untuk menulis dari
24 jam waktu yang kita miliki. Misal, kita sisihkan waktu kita tiga puluh menit
setiap hari untuk menulis. Bisa kita pilih waktu di mana kita bisa fokus
menulis, pagi, siang, senja, atau jelang tidur. Yuuk menulis setiap hari untuk
mengasah keterampilan kita!
Kita paksakan
diri kita untuk menulis. Sebuah pendapat mengatakan bahwa awal mula kebiasaan
itu dari PAKSAAN. Jadi awalnya harus dipaksa dulu. Nanti kalau sudah sering
akan menjadi terbiasa. Kita buat komitmen agar bisa istiqomah, ajeg dalam
menulis. SUDAHKAH MENULIS HARI INI? Jadikan teguran harian. Jika belum, segera
menulis.
5.
Kunci
kelima: rajin mengamati, mencatat, dan mengolah menjadi tulisan.
Penulis harus memiliki pendengaran dan
penglihatan yang tajam. Supaya pendengaran dan penglihatannya tajam, ya
sering dipakai dan diasah. Seperti halnya pisau, kalua tidak dipakai ya tumpul
bahkan berkarat. Penulis itu juga harus rajin mencatat apa yang ditemukan. Setelah
mengamati apa yang kita jumpai di tempat kita, jangan lupa mencatat. Setelah
itu diolah menjadi tulisan yang indah dan bermakna.
Jangan berpikir
menghasilkan tulisan yang sempurna. Jangan terburu menjadi penulis yang hebat.
Jalani proses. Berproses dengan menulis dan terus menulis. Jika sudah konsisten
menulis, kualitas akan mengikuti. Results will not betray effort, hasil
tidak akan menghianati usaha.
6.
Kunci
keenam : belajar menulis kepada penulis
Ingin mahir sesuatu bidang tertentu, tentu harus berguru kepada
yang punya ilmunya. Ingin mahir menulis? Ya, belajar menulis sama ahli menulis
(penulis).
Kita berada
dalam kelas yang tepat. Kelas Pelatihan Belajar Menulis, foundernya raja
blogger, sudah menerbitkan seabrek buku. Di samping itu kelas ini juga
dikawal pegiat-pegiat literasi yang mahir menulis. Bersama beliau-beliau kita
bisa berlatih menulis. Apalagi orang-orangnya humble, peduli, dan
terbuka bersedia membimbing kita.
Mari kita
manfaatkan kelas belajar ini dengan sebaik-baiknya. Narasumber-narasumber yang
mendampingi kita belajar dari pertemuan kesatu sampai dengan sekarang telah
membimbing kita untuk menjadi penulis yang baik yang pada akhirnya diharapkan mampu
menerbitkan buku. Insya Allah.
7.
Kunci
ketujuh: bangun rasa percaya diri.
Tidak sedikit dari kita takut untuk memulai menulis. Tidak lain ini
dikarenakan tidak memiliki rasa percaya diri. Kita dibelenggu rasa minder, takut
dibully. Takut tulisan kita salah, tidak diminati. Jangan-jangan
tulisanku tidak dilirik orang, dibaikan, diacuhkan. Dan banyak lagi perasaan
ketakutan yang lain.
Bangun rasa percaya diri. Tulis sesuai kemampuan dan gaya kita. Tulis mulai dari yang
ringan-ringan dan sederhana. Biarkan tulisan mengalir. Terus berlatih, menulis
dan menulis. Sambil mengikuti pelatihan menulis, kita bisa memperbaiki kualitas
tulisan kita. Di mana kelemahan kita? Di mana kesalahan kita? Kita bisa tambal
sulam untuk menyempurnakannya.
Tujuh
kunci di atas kita pegang, kita kuasai, dan kita mainkan. Bertekadlah untuk
mulai menulis. dan percayalah buktikan apa yang terjadi. Mari kita ikuti petuah
Om Jay, menulis setiap hari dan buktikan apa
yang terjadi.
Menukil artikel yang ditulis Dr. NGAIMUM
NAIM dengan
tajuk, TIPE DAN KUADRAN PENULIS. Beliau membagi penulis dalam empat kuadran.
“kuadran pertama adalah penulis yang mau dan
mampu. Di kuadran kedua, penulis yang tidak mampu tapi mau. Kuadran ketiga
adalah penulis yang mampu tapi tidak mau. Adapun di kuadran keempat, adalah
tidak mampu dan tidak mau. Jika kita sudah memahami di posisi mana kita, maka
kita dapat menentukan langkah.”
kemampuan menulis itu berkaitan dengan dua M,
yaitu MAU dan MAMPU. Banyak yang mau tetapi tidak mampu menghasilkan tulisan.
Demikian juga banyak yang mampu menulis tetapi tidak mau melakukan
Sudahkah anda menemukan posisi anda? Jika
sudah, selanjutnya tentukan langkah. Tentukan pilihan. Mundur tanpa
meninggalkan jejak goresan pena atau melangkah dengan memainkan pena yang
sanggup menorehkan aksara-aksara bermakna.
Saya tutup tulisan ini dengan statement Dr. NGAIMUM NAIM pada pembukaan Pelatihan Belajar Menulis: “Menulis itu jika sudah menjadi budaya akan luar biasa.” So, segera action !
Catatan yang lengkap. Tetap semangat.
BalasHapusTerima kasih pak, atas komen dan supportnya
Hapus